Jembatan Versi Vera, Dari PTPN I Reg.7 Bekri untuk Tetangga
LAMPUNG TENGAH – Berita
tentang Opal (11), siswa SDN Sinar Banten, Bekri, Lampung Tengah yang terjatuh
di jembatan darurat penghubung Dusun Pasar dengan Dusun Kebun Jeruk itu begitu
cepat menyebar. Hari itu, pertengahan Oktober 2023, bocah laki-laki kelas lima
SD itu seperti biasanya pulang sekolah melintasi jembatan setapak di atas
Sungai Way Tipo. Namun nahas, ia terpeleset dan tajuh ke dasar sungai yang
sedang kering. Bocah itu patah tulang dan membutuhkan perawatan intensif.
Tragedi Opal itu terdengar
oleh Manajemen PTPN VII (sekarang PTPN I Regional 7) Unit Bekri. Berbagai
informasi tentang kondisi jembatan yang sempat hancur diterjang banjir bandang
pada November 2018 itu memang tidak layak dilalui, meskipun untuk pejalan kaki.
Namun, jarak yang harus ditempuh jika melewati jalan biasa yang menjadi sangat
jauh membuat penduduk setempat mengambil risiko.
“Jembatan itu hanya bisa untuk
pejalan kaki, sepeda, dan sepeda motor karena memang kecil. Dulu memang cukup
bagus, tetapi pada 2018 pas banjir bandang, hancur terbawa air. Terus kami
warga secara swadaya memperbaiki kembali tetapi darurat. Nah, pas ada kejadian
Opal jatuh itu, kami kordinasi dengan PTPN VII untuk membangun kembali.
Alhamdulillah sekarang sudah bagus lagi dan kami beri nama Jembatan Versi
Vera,” kata Darwito (47), Kepala Dusun Pasar Bekri saat ditemui Selasa
(13/2/24).
Didampingi Damas (37),
Sekretaris Desa Sinar Banten, Darwito menyatakan apresiasi yang tinggi kepada
PTPN VII. Ia menyebut, untuk membangun kembali jembatan selebar 1,5 meter
dengan panjang 25 meter itu hampir semua material disediakan oleh Perusahaan BUMN
itu. Sedangkan proses pembangunannya dilakukan oleh warga yang bergotong royong
sukarela.
“Saya akui respons PTPN VII
sangat cepat. Begitu mendengar ada musibah si Opal itu jatuh, Pak Heri Susanto
(Asisten SDM & Umum PTPN VII) bersama Pak Damas (Sekdes) datang melihat
kondisi jembatan. Lalu, kami diajak melihat besi-besi bekas di pabrik (Pabrik
Kelapa Sawit) untuk memilah mana yang dibutuhkan. Beberapa hari kemudian kami
bangun kembali jembatan ini,” kata petani beranak tiga ini.
Sekretaris Desa Sinar Banten
Damas mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada PTPN I Regional 7 Unit
Bekri yang merespons dengan cepat kebutuhan darurat tetangganya. Ia mengatakan,
jembatan itu adalah sarana vital bagi warga Dusun Kebon Jeruk dengan berbagai
fasilitas umum yang berada di seputaran Stasiun Kereta Api Bekri.
“Setiap hari ratusan orang
melewati jembatan ini karena memang sangat vital. Jalur jalan desa memang ada,
tetapi ngalang (berputar jauh) melewati kebun tebu. Anak-anak sekolah,
orang-orang ke pasar atau mau kerja, hampir semua yang naik motor atau jalan kaki
lewat sini. Termasuk karyawan PTPN yang tinggal di desa-desa tetangga seperti
Goras Jaya dan lainnya,” kata pria ramah ini.
Damas mengatakan, untuk
membangun kembali jembatan ini, warga sangat terbantu oleh PTPN VII. Ia
mengakui, banyak material yang digunakan merupakan besi-besi bekas, tetapi
kekuatannya masih sangat layak. Selain itu, pihak PTPN VII juga memberikan
dukungan berbagai kebutuhan dalam proses pembangunannya.
“Jadi, jembatan ini bukan proyek tetapi gotong royong spontanitas karena darurat. Ini sudah biasa dan sering kami lakukan dengan PTPN VII. Kalau ada sesuatu yang bersifat darurat, seperti jalan longsor, gorong-gorong jebol, kekeringan dan kami butuh air bersih, atau lainnya selalu dibantu PTPN VII. Mudah-mudahan kepedulian seperti ini terus terjaga,” kata dia.
Kini, anak-anak sekolah,
pedagang, pekerja, dan orang-orang leluasa menggunakan jembatan ini. Selain
sudah kuat dan baik dengan lantai beton, jembatan ini juga dilengkapi pagar dan
lampu penerangan jalan yang cukup terang. Tidak hanya siang hari, pada malam
pun orang-orang memilih jalur ini meskipun sebelumnya dikesankan sebagai daerah
wingit alias horor.
Sementara itu, Agus Pahroni
didampingi Heri Susanto Asisten SDM dan Umum PTPN I Regional 7 Unit Bekri
mengatakan, untuk kepentingan lingkungan, terutama yang bersifat darurat,
pihaknya selalu menjadikan sebagai prioritas. Sebagai institusi yang memiliki berbagai
sumber daya, pihaknya terus menjalin hubungan
baik dengan tatangga.
“Prinsipnya, kami harus
menjalin hubungan saling menguntungkan dan harmonis dengan tetangga. Apalagi
PTPN memang sudah berada di sini bahkan sebelum Indonesia merdeka. Artinya,
kami memang bagian dari ekosistem lingkungan. Kami harus selalu siap untuk membantu
tetangga,” terang Agus.
Meskipun demikian, Heri
Susanto mengaku tidak semua permintaan bisa diakomodasi. Namun demikian, jika
sesuatu yang bersifat darurat dan urgen, terlebih jika apa yang dibutuhkan ada
di perusahaan, pihaknya akan secepat mungkin merespons.
“Seperti pembangunan jembatan
antara Pasar dengan Kebun Jeruk itu, kami segera respons karena memang kami
punya bahannya. Jadi nggak perlu sampai ke Kantor Pusat, tetapi tetap kami
pertanggung jawaban. Yang penting, untuk kemaslahatan bersama,” kata dia.
Komentar
Posting Komentar