Berbagi Wawasan: PT RPN Adakan FGD Tentang Kontribusi dan Tren Komoditas Perkebunan di Sumsel
Upaya menyikapi kelangsungan dan
kemajuan inovasi riset sektor perkebunan terus dilakukan dengan menindaklanjuti
program riset unggulan berjudul “Kontribusi dan Trend Komoditas Perkebunan
dalam Pengembangan Wilayah Sentra Perkebunan” yang menjadi fokus Holding
Perkebunan PTPN III (Persero) melalui PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN)
selaku anak perusahaan untuk unggul dan berdaya saing demi keberlanjutan hulu
hilir komoditas perkebunan di skala domestik dan internasional.
Pusat Penelitian Karet (PPK) sebagai satu-satunya lembaga riset RPN yang memiliki sumber daya peneliti handal di bidang perkaretan ditunjuk sebagai pelaksana kegiatan FGD yang membahas ruang lingkup prospek, kebijakan dan eksistensi kinerja stakeholder terkait pengembangan perkebunan karet dalam negeri khususnya sentra kebun karet di Sumatera Selatan.
Kegiatan FGD yang berlangsung di Gedung
Aula Hevea PPK Sembawa diikuti setidaknya oleh 151 peserta termasuk 30 orang
peserta yang hadir secara daring. Kehadiran peserta FGD mewakili unsur
pemerintah yang terdiri dari Holding Perkebunan PTPN III, PT Perkebunan
Nusantara 7, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan
Penelitian Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan Statistik, Badan Standardisasi
Instrumen Pertanian, Agraria Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional, Dinas
Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perdagangan, Dinas
Perindustrian, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Pusat Penelitian Teh Kina
(PPTK), Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia (PPKKI), Pusat Penelitian
Pengembangan Gula Indonesia (P3GI), Otoritas Jasa Keuangan serta Perbankan
milik negara dan daerah. Selain itu, peserta dari berbagai lembaga lainnya
seperti perusahaan perkebunan, perusahaan pupuk, perusahaan minyak dan gas,
produsen manufaktur juga hadir bersama Civitas Akademika, Gabungan Pengusaha Karet
Indonesia (GAPKINDO), Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO) dan
perwakilan petani karet Unit Pengolahan Pemasaran Bokar (UPPB) juga hadir
mengikuti serangkaian agenda acara dengan topik yang dibagi dalam tiga sesi
diskusi ini.
Kearifan lokal khas daerah Kabupaten
Banyuasin mengawali pembukaan FGD ini dengan pentas kesenian tari “Mantang
Para”, yang seakan menceritakan kesan tentang aktifitas berkebun karet
dilakukan dengan penuh semangat dan riang gembira. Kepala Pusat Penelitian
Karet Dr. Suroso Rahutomo dalam sambutannya mengemukakan bahwa FGD sangat
diperlukan untuk mendukung langkah strategis sebagai solusi pengembangan
industri karet melalui ruang diskusi. Hal tersebut senada dengan Dr. Misnawi
selaku SEVP Operasional II RPN yang menyatakan pentingnya kesinambungan dalam
peningkatan produktivitas kebun secara maksimal dengan mengupayakan aspek peran
sumber daya yang ada.
Pertemuan ini berlangsung dinamis dengan
keaktifan peserta menyampaikan ide, gagasan dan pertanyaan kepada narasumber
pada setiap sesi diskusi. Pada akhirnya diperoleh rumusan hasil FGD yaitu :
Komoditas karet berkontribusi sebagai
sumber mata pencaharian bagi 2,33 Juta keluarga, devisa negara US$ 3,65 M,
serta produk yang bernilai ekologis. Akan tetapi perkembangan harga karet alam
dunia selama dekade terakhir mengalami stagnan rendah, yang disebabkan oleh
dampak pandemi, post pandemic, dan perubahan iklim. Selain itu, adanya serangan
penyakit gugur daun pestalopsiosis telah berdampak sangat signifikan terhadap
produksi, produktivitas dan kualitas karet. Kondisi serangan penyakit ini pun
telah menyebabkan kebun karet yang produktif menjadi tidak produktif, terlebih
pada kondisi kebun karet yang sudah tidak produktif (tua). Disisi lain,
konsumsi karet nasional dan global cenderung terus mengalami kenaikan. Dengan
dinamika kinerja on farm dan perdagangan berimplikasi menyebabkan banyak
industri pengolahan karet memenuhi bahan baku berasal dari impor untuk memenuhi
konsumsi nasional dan global, untuk menghindari atau mengurangi hal tersebut
perlunya dilakukan beberapa upaya dalam keberlanjutan karet rakyat di Indonesia
dan dibutuhkan strategi berupa program peremajaan sesuai GAP, peningkatan
protas, perbaikan harga dan compliance terhadap berbagai barrier pasar luar
negeri (Sustainability dan Regulasi EU Deforestation).
Pembangunan perkebunan di Sumatera
Selatan sejalan dengan visi misi “Provinsi Sumatera Selatan Maju untuk Semua”
Membangun Sumatera Selatan Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Mendukung Sektor
Pertanian, Industri, dan UMKM yang Tangguh untuk Mengatasi Pengangguran dan
Kemiskinan Baik di perkotaan maupun di Pedesaan. Peran strategis komoditas
perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan terlihat dari trend dan kontribusi
nilai ekspor perkebunan berada di urutan kedua sebagai komoditas ekspor
tertinggi adalah Karet dan barang dari Karet dengan nilai sebesar US$1.465,12
juta (19,32 persen). Sumatera Selatan dikenal sebagai penghasil karet terbesar
di Indonesia pada tahun 2022 dan dilanjutkan Sumatera Utara, Jambi, serta Riau,
dengan total produksi karet alam Indonesia adalah 3,14 juta. Dari segi konsumsi
tahun 2021, industri karet hilir terbesar pada konsumsi industri ban sebesar
248.598 ton (28%), dilanjutkan dengan MRG (15%), alas kaki (11%), dan ban
vulkanisir (11%). Jadi hasil dari karet 80% diekspor, dan 20% untuk industri
ban.
Adapun berbagai tantangan yang dihadapi
pelaku usaha karet alam saat ini yaitu terbatasnya akses pembiayaan, kesiapan
digital, akses pemasaran, serta kemauan untuk mengembangkan. Dalam
menanggulangi hal tersebut diperlukan beberapa upaya seperti replacement
tanaman tua dengan klon unggul, pada teknologi yang dikembangkan berupa inovasi
pembuatan lateks pekat secara pendadihan dan produk hilir yang seperti dalaman
bola (bliter), busa alam, sebutret dan karet gelang. Pada diskusi FGD ini juga
terdapat diskusi mengenai Perbankan mempertimbangkan harga komoditas karet
untuk pemberian kredit, karena terkait kemampuan pengembalian kredit oleh
petani. OJK akan mempelajari skema kredit terbaik untuk petani karet. Perbaikan
harga di sektor hulu perlu ditarik pengembangan sektor hilirnya. Selain itu
dalam pemasaran karet dapat melalui UPPB sebagai alternatif menjual karet
dengan harga yang lebih tinggi. Puslit Karet berkomitmen melakukan pembinaan ke
petani untuk dapat melakukan hilirisasi agar dapat meningkatkan nilai tambah
hasil perkebunan karet menjadi produk/barang jadi.
PT Riset Perkebunan Nusantara selaku
pengarah dalam pelaksanaan kegiatan FGD ini, mengapresiasi dukungan dan
partisipasi para pihak termasuk mitra kerja Pusat Penelitian Karet yang
membantu FGD berjalan dengan lancar.
PT Riset Perkebunan Nusantara
mengucapkan terima kasih kepada Holding Perkebunan PT PN III atas
kepercayaannya dan terselenggaranya serangkaian acara sehingga hasil kegiatan
riset unggulan ini dapat tercapai dengan baik. Komitmen bersama tentunya
menjadi penting untuk kemajuan Perusahaan demi mengapai tujuan dari
seluruh bentuk dan upaya pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan core
value AKHLAK, BUMN untuk Negeri.
Komentar
Posting Komentar